- Penegasan Tapal Bats Wilayah Kecamata Tanjung Harapan
- Hotspot Karhutla Tanjung Harapan
- Anggaran Desa Random 2023
- Anggaran Desa Labuang Kallo 2023
- UPACARA BENDERA 17 AGUSTUS 2023
- GERAKAN PENGUMPULAN DAN PEMBAGIAN BENDERA MERAH PUTIH
- VERIFIKASI ISBAT NIKAH
- JUMLAH PENDUDUK YANG BELUM BEKERJA TAHUN 2023
- JUMLAH PENDUDUK TAHUN 2023
- PENINJAUAN PEMBANGUNAN JALAN SIMPANG BATU - DESA LORI
Peringati Hardiknas, SMA Negeri 1 Tanjung Harapan
Berkomitemen Mewujudkan Merdeka Belajar

Keterangan Gambar : Hardiknas 2023 SMAN 1 Tanjung harapan
Tanjung
Aru, Kepala Sekolah SMA Negeri Tanjung harapan Syaipudin, S.Pd, dihubungi di tempat terpisah saat menghadiri
undangan Upacara Hardiknas di Samarinda Kantor Gubernur, menyatakan bahwa SMA
Negeri 1 Tanjung Harapan, melaksanakan upacara di sekolah dengan semangat
menjadikan momentum Hardiknas untuk mewujudkan merdeka belajar.
"Bergerak
Bersama Semarakan Merdeka Belajar" Layar yang sudah kita bentangkan jangan
sampai terlipat lagi. Kita semua, para pendidik dan tenaga kependidikan,
seniman dan pelaku budaya, juga peserta didik di seluruh penjuru Nusantara,
adalah kapten dari kapal besar bernama Indonesia. Perjalanan harus kita
lanjutkan, perjuangkan mesti kita teruskan, agar semua anak bangsa merasakan
kemerdekaan yang sebenar-benarnya dalam belajar dan bercita-cita. Oleh karena
itu, mari kita semarakan hari Pendidikan Nasional ini dengan semangat untuk
meneruskan perwujudan Merdeka Belajar, mendidik generasi Pelajar Pancasila yang
cerdas berkarakter, dan membawa Indonesia melompat ke masa depan dengan pendidikan
yang memerdekakan" (Menteri
Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, Nadiem Anwar Makarim).
Jika
kita Kembali menilik sejarah bahwa penetapan Hardiknas sebagai hari nasional
tertuang dalam Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 316 tahun 1959 tanggal 16
Desember 1959. Tanggal 2 Mei itu dipilih berdasarkan tanggal lahir Bapak
Pendidikan Nasional, Ki Hadjar Dewantara.
Baca Lainnya :
Ki
Hadjar Dewantara memiliki nama asli Raden Mas Soewardi lahir pada 2 Mei 1889.
Sepanjang hidupnya, ia dikenal sebagai sosok yang kritis terhadap kebijakan
pemerintah kolonial Belanda, khususnya terkait pendidikan. Ki Hadjar Dewantara
menentang kebijakan pendidikan pemerintah Hindia Belanda pada masa itu, yang
hanya memperbolehkan anak-anak kelahiran Belanda atau orang kaya yang bisa
mengenyam pendidikan. Akibat sikap
kritisnya itu, ia diasingkan ke Belanda bersama dengan dua rekannya, yaitu
Ernest Douwes Dekker dan Tjipto Mangunkusumo. Ketiga tokoh ini dikenal sebagai
Tiga Serangkai.
Sepulang
dari Belanda, Ki Hadjar Dewantara mendirikan sebuah lembaga pendidikan bernama
Taman Siswa pada 3 Juli 1922. Setelah Indonesia merdeka, Ki Hadjar Dewantara
diangkat sebagai menteri pendidikan. Ia dikenal dengan filosofi “Ing Ngarso
Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani”, yang artinya adalah
di depan memberi teladan, di tengah memberikan bimbingan, di belakang memberi
dorongan. Ki Hadjar Dewantara wafat pada tanggal 26 April 1959. Untuk
menghormati jasa-jasanya terhadap dunia pendidikan Indonesia, pemerintah Indonesia
menetapkan tanggal kelahirannya sebagai Hari Pendidikan Nasional.
Menurut Kihajar Dewantara, mendidik dan mengajar adalah proses memanusiakan manusia, sehingga harus memerdekakan manusia dan segala aspek kehidupan baik secara fisik, mental , jasmani dan rohani. Hal positif yang bisa diterapkan di kelas/sekolah sesuai dengan budaya Jawa/ orang Banyumas yang berkarakter seperti tokoh Banyumas yaitu Semar/ Bawor yang sifatnya adalah suka momong, walaupun sakti beliau tidak pernah sombong dan selalu memperhatikan akhlak yang mulia (memperhatikan tata krama terhadap orang tua, juga sayang terhadap yang lebih muda, dekat dengan Tuhan), bekerja itu tidak hanya mengandalkan otak semata,tetapi juga dengan kerja keras, maka dibutuhkan keterpaduan kerja otot dan otak untuk hasil yang maksima, rajin, suka bekerja keras dan cekatan. Jadi yang punya kehendak itu siswanya, bukan pamong gurunya, dosennya, yang memaksakan kamu harus jadi hijau, harus jadi merah. Untuk itu kemudian timbul Tut Wuri Handayani yang berarti mendorong dan menguatkan. Banyak yang belum membaca ajaran Ki Hadjar tentang merdeka belajar. Sebetulnya lebih pas belajar merdeka.
Putra dari Ki Hadi Sukitno, tangan kanan Ki Hadjar Dewantara, menuturkan Belajar merdeka itu berarti merdeka atas diri sendiri. Minat dan bakat siswa itu harus merdeka untuk berkembang seluas mungkin. Konsep itu yang dibawa Ki Hadjar Dewantara bagi bangsa ini dengan harapan tak digerus perkembangan zaman. Serta, menjadi cetak biru dalam membangun pendidikan Indonesia. Angka tidak boleh menjadi tolak ukur dalam pengembangan bakat. Kurikulum jangan dijadikan alat untuk menjajah anak didik. Terjajahnya anak didik dalam kurikulum, malah membunuh pengembangan bakat yang digaungkan oleh pahlawan nasional itu.
Pikiran kok sampai terjajah? itu artinya
terjajah intelektualisme. Ki Hadjar anti intelektualisme. Dia bilang, saya
tidak suka orang yang terlalu intelek tapi mengabaikan karakter. Artinya
belajar itu terlalu kognitif. Tapi afeksinya, rasanya, kadang-kadang
hilang," jelas dia, sembari mengenang sosok Ki Hadjar Dewantara yang
terkenal garang di depan kelas. Ia melanjutkan, pendidikan karakter dalam
membangun bakat semakin terasa penting dan tak boleh tersingkirkan. Karakter
meruakan kunci utama dalam membangun setiap insan pendidikan.
Guru
bisa mengukur kemampuan anak didiknya dengan cara yang lebih deskriptif, uraian
kalimat ini bisa menjelaskan seperti apa karakter anak didik yang sesungguhnya.
Tinggal bagaimana Nadiem menentukan kebijakan. Menteri yang belum genap satu
tahun memegang kendali pendidikan Indonesia itu harus memutar otak. Tidak hanya
numeratif, tapi juga uraian kalimat yang bisa menjelaskan karakter si anak itu
sesungguhnya bagaimana. Tetapi tidak kemudian memberikan beban berat kepada
guru, sehingga saat menilai siswa itu seperti membuat skripsi.
Ki
Hadjar Dewantara tak pernah mematok anak didiknya di kelas kelak akan menjadi
apa. Ki Hadjar Dewantara memerdekakan anaknya saat belajar apapun, berdasarkan
bakat mereka. Bekal itulah yang harus dibawa anak Indonesia untuk berdaulat
atas dirinya sendiri. Belajar merdeka dipercaya pula dalam membawa Indonesia
sebagai negara yang maju.
Bertitik
tolak dari sini lah Menteri Pendidikan Nadiem Makarim menjadikan merdeka
belajar sebagai Pisau untuk mengupas Pendidikan lebih baik. Selamat Hari
Pendidikan Nasional Tahun 2023. (Z3n)